Progres Proposal Disertasi

Istimewa

Semester II baru saja usai. Saya bersyukur karena mendapatkan hasil yang lumayan dan lebih baik dari semester sebelumnya. Alhamdulillah. Terus progres lainnya apa.Hemmm, ini yang ingin saya tuliskan kali ini. Tapi kalau spesifik bicara progress proposal disertasi, sepertinya agak hambar. Karena selama semester 2 ini, proposal sama sekali tak tersentuh. Padahal sudah banyak hal dan faktor eksternal yang berubah. Mestinya proposal saya juga perlu ada perubahan dan penambahbaikan.

Ya. Begitulah ceritanya. Selama enam bulan terakhir progresnya jalan ditempat. Meskipun “sudah selesai”, tetapi perbaikan dan dan penambahan referensi dan modifikasi model serta metode tentunya perlu terus diperbaiki.

Okelah, saya akan akan coba refresh kembali dan baca ulang proposalnya. Karena saya yakin gagasan penelitian dalam proposal saya juga mesti diupdate supaya lebih kekinian. Saya nulisnya tentang daya saing pariwisata dengan variabel smart tourism sebagai prediktor, keungggulan bersaing sebagai mediator.

Terus, agenda yang mendesak lagi adalah konsultasi dengan supervisor. Ada tiga supervisor yang telah ditetapkan sebagai pembimbing saya yaitu : 1. Prof. Dr Jasman J Ma’ruf, MBA, Dr. Nurdasila Darsono, S.E., MM., dan Dr. Iskandar A Majid,S.E., M.M.

Saya berharap bisa secepatnya berkonsultasi dengan ketiga supervisor saya supaya pembahasan tentang gagasan penelitian saya bisa cepat selesai dan pastinya up to date.

Devonport surga retreat para penulis

Istimewa

suatu hari di bulan November 2018, kami mengikuti program site visit ke Devonport, satu kawasan pinggiran Kota Auckland, Selandia Baru. Kawasan ini kabarnya jadi tempat favoritnya warga dari UK, yang jauh-jauh datang ke selatan untuk menikmati liburan, relaksasi dan jauh dari kebisingan dan rutinitas harian mereka.

Sebelum menginjakkan kaki di Devonport, saya gak paham kenapa tempat itu jadi incaran warga UK, pasalnya kawasan ini tidak ada bedanya dengan kawasan lainnya di Auckland, selain suasananya yang agak santai dan senyap dibandingkan pusat kota. bahkan jika dibandingkan dengan Parnell, kawasan pinggiran Auckland yang berhampiran dengan pelabuhan juga sama sepinya.

Tetapi, yang membuat Devonport ini beda tak lain karena ada daya tariknya, salah satunya adalah Gunung Victoria. Yang posisi dan keberadaannya mengingatkan saya ke Sabang Hill. Kesamaannya adalah sama-sama menghadap ke arah laut, dan di bagian atas gunugn adda pusat pemantauan Angkatan Laut. Bedanya, kalau di Sabang masih berfungsi hingga hari ini. Tetapi, di Mt Victoria ini sudah dijadikan semacam musium. Di sini ada meriam besar,saya sudah lupa ukurannya. Meriam ini ditempatkan di atas gunung ini karena posisinya yang strategis untuk mengintai keberadaan armada Rusia/Soviet yang mungkin melakukan infiltrasi ke kawasan itu.

Menurut keterangan di papan informasi, meriam tersebut hanya pernah diujicoba sekali saja. Kini, setelah bertahun-tahu lamanya, meriam dan post pemantauan di puncak Mt Victoria itu telah diubah menjadi satu daya tarik wisata. Sekilas tentang mount victoria bisa dibaca di sini.

View

Di atas Mt Victoria ini ada banyak view indah yang tak boleh dilewati. Yang paling kentara terlihat dari atas sini adalah area perumahan di sekitar kaki gunung. Tata letak rumahnya yang rapi dan indah cukup memuaskan pandangan mata.

Yang tak kalah menariknya adalah Waitemata Harbor, di mana kita bisa melihat jejeran kapal Yacht yang sedang bersandar di perairan tersebut.

Di kejauhan, kita bisa melihat panorama kota Auckland yang disesaki gedung-gedung menjulang tinggi. Berbeda dengan Auckland, di Devonport, nyaris tak ada gedung pencakar langit. Di sini umumnya adalah kawasan perusahan. sedangkan kawasan komersil ada di dekat pelabuhan yang juga tak jauh dari pintu masuk ke pendakian Mt Victoria.

Tempat Retreat : Michael King Writer Center

Satu hal yang tak terpikirkan oleh saya sebelumnya adalah soal retreat house milik para penulis kenamaan di Selandia Baru. Saya sempat memotret salah satu rumahnya, tapi entah bagaimana foto ini terhapus dari kamera. Lokasi rumahnya persis di kaki Mt. Victoria, cukup tenah, meneduhkan dan tentunya memberi kenyamanan luar biasa bagi para penulis. Hari itu, rumah retreat yang kami lewati itu tampak lengang. tak ada tanda-tanda ada penghuni, Ini terlihat dari posisi jendela yang berada dalam kondisi tertutup semua.

Di bagian depan rumah itu ada tulisan kuote dan foto diri sang penulis Michael King Writer Centre. Rupanya rumah berdasarkan penjelasan di situsnya disewakan bagi para penulis dengan biaya sewa yang miring. MKWC ini juga menggelar kegiatan workshop dan program literasi guna mendukung para penulis di Selandia Baru.

MKWC ini dikelola secara non-profit oleh MKWC Trust. Dua anak Michael King, Rachel dan Jonathan yang juga penulis dan sineas bertindak sebagai pengarah pada trust tersebut. Trust ini diketuai oleh Melanie Laville-More.

Pengalaman Ikut Symposium Virtual di MIT Sloan Management Review

Istimewa

Semalam saya menyempatkan diri untuk mengikuti salah satu webinar yang digelar oleh salah satu penerbit jurnal ternama: MIT Sloan Management Review. Jurnal ini diterbitkan oleh MIT Sloan Management School yang tak lain adalah business school yang berada dibawah Massachusset Institute of Technology (MIT).  MIT merupakan universitas top dunia berdasarkan perangkingan yang dibuat oleh QS University Rangking. Setiap tahunnya, MIT yang tetangganya Harvard University ini juga masuk dalam lima besar dunia dan posisinya sering bergantian antara MIT dan Harvard serta Princeton University.

Tema yang diusung panitia dari MIT Sloan Management Review adalah Disruption 2020. Sebelumnya, saya sudah lebih dulu daftar melalui link yang dikirimkan ke email saya. Nah, saya bisa dapatkan informasi itu karena selama ini sudah berlangganan artikelnya mereka. Jadi setiap ada artikel baru mereka kirimkan updatenya. Tema ini (Disruption 2020) diangkat dari karya besar mendiang Prof Clayton Christensen dari Harvard Business School (HBS) yang fenomenal yaitu teori inovative disruption. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 dalam bukunya yang terkenal Innovator Dilema. Prof Christensen pada mulanya melakukan penelitian terhadap industri penyimpanan data (disk drive) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hard disk.

Sempat mengajukan pertanyaan kepada para pembicara melalui question bar di sisi kanan.

Webinarnya dimulai sekitar pukul 21:00 wib atau sekitar pukul 10:10 pagi waktu di negara bagian Massachusset.  Saya memilih warung kopi Arabia Lambaro sebagai tempat untuk mendapatkan koneksi yang bagus. Maklum pengunjungnya gak banyak, apalagi selama Covid-19 ini. Saya hadir tepat beberapa menit sebelum webinar dimulai. Kemudian terdengar suara Karen Dillon, salah seorang host dan juga chair acara simposium online yang diikuti dengan kemunculan Pual Michelman, editor jurnal tersebut.

Keduanya kemudian menyapa para peserta yang hadir secara listen mode. Artinya kehadiran peserta tidak ditampilkan dalam Screen, seperti umumnya pelatihan dan seminar yang pernah kita ikuti. Yang ditampilkan dalam screen secara interaktif adalah para host dan pembicara.

Saya hanya sempat mengikuti hingga sesi kelima, saat prof Ammy Web dari Stern Business School New York University yang berbicara tentang source of disruption, karena waktu sudah menunjukkan pukul 23:30, hanya tersisa setengah jam lagi sebelum warung Arabia tutup. Sebenarnya saya ingin menunggu giliran Prof Rita Gunter McGrath dari Columbia Business School yang membahas tentang innovation new business dan kaitannya dengan teori disrupsi yang dikembangkan oleh mendiang Prof Clayton Christensen. Tetapi, giliran Prof Rita belum juga tiba, saya pun akhirnya minta izin ke host tak bisa melanjutkan lagi symposium sampai selesai karena sudah larut malam.

Sesi ke-5 dengan topik Source of Disruption bersama Prof Amy Webb dari Stern Business School. Ini adalah sesi terakhir yang saya ikuti.

Sembari mengikuti webinar saya sempat mengetag satu posting ke Prof Rita di Twitter, kalau saya sedang menunggu sesi beliau. Tapi karena waktunya sudah larut, saya tak bisa mengikutinya sampai selesai. Dan paginya, saya buka Twitter ada respon dari Prof Rita. Kalau beliau juga sedang menunggu giliran untuk berbicara di simposium tersebut.

Peneliti Ungkap Tipe Wisatawan berdasarkan Online Contact

Istimewa

Seorang wisatawan sedang mengabadikan gambarnya di depan Auckland City Hall di Kota Auckland, Selandia Baru. Foto diambil pada Oktober 2018.

Satu paper tentang tipologi turis dalam perspektif online contact yang baru saja diterbitkan oleh Annals of Tourism Research yang ditulis ole Fan, Buhalis dan Lin (2019) menarik untuk diketahui.Enam tipe itu ialah :

Pertama, Disconnected Immerse Traveler, sama sekali tidak ingin terhubung dengan media sosial baik di daerah asal maupun selama berada di destinasi wisata. Kedua, Digital Detox Traveler, tipikal turis yang smartphone addictive selama berada di daerah asalnya, tetapi mengendalikan diri untuk tidak terlalu aktif di media sosial selama di destinasi untuk menikmati perjalanan dan aktivitas selama berlibur.

Ketiga, Diversionary Travelers, memiliki frekwensi kontaksi lebih tinggi dibandingkan dua tipe sebelumnya. Turis tipe ini menggunakan kontak secara online saat break dari kegiatan berwisata atau saa berada di kamar hotel. Keempat, Daily Life Controller, tetap berhubungan (kontak) dengan kelompok sosialnya pada saat melakukan perjalanan wisata. Mereka tipe turis yang aktif dalam kehidupan sosial sekalipun sedang liburan. Mereka tetap menjadi kontak hubungan dengan kelompok sosialnya karena faktor tanggung-jawab. Tipe turis seperti ini umumnya adalah orang tua dan pengusaha.

Kelima, Social Media Addict atau Pecandu Sosial Media. Mereka adalah tipe turis yang tingkat konektivitasnya dengan sosial media sangat tinggi. Mereka memposting apa saja seperti panorama, makanan, warga di destinasi, foto selfie dan hal lainnya bahkan mereka juga menyiarkan langsung ke media sosial mengenai perjalanannya saat di destinasi. Mereka juga gemar membangun kontak dengan siapa saja yang mereka temui di destinasi.Terakhir, Dual Zone Traveller. Ini adalah tipikal turis yang juga memiliki tingkat keaktivan yang tinggi dalam menjaga hubungan komunikasi baik selama berada di daerah asalnya maupun di destinasi. Tipikal mereka hampir sama dengan Social Media Addict dan Daily Life Controller, hanya saja level keaktivan mereka tidak seekstrem Social Media Addict. Mereka tetap mengepost kegiatan yang mereka lakukan selama di destinasi di media sosial.

Ferdi Nazirun Sijabat

KRI Bima Suci Meriahkan Sail Sabang 2017

Istimewa

Hari ini 28 November 2017, event Sail Sabang 2017 sudah dimulai. Kedatangan KRI Bima Suci sekira pukul 07:00 wib pagi tadi menjadi satu pembuka yang cukup mengesankan. Sebab, ini merupakan kedatangan pertama kali bagi kapal armada pelayaran TNI AL itu ke Pulau Weh. Pastinya kehadiran kapal ini bakal ikut memeriahkan Sail Sabang 2017.

Kedatangan kapal ini memang sudah ditunggu. Sejumlah pejabat Pemko Sabang, Danlanal Sabang dan pejabat BPKS beserta masyarakat setempat ikut menyambut kehadiran kapal yang membawa Taruna Akademi Angkatan Laut itu saat bersandar di Dermaga CT-3, Pasiran, Kuta Timu, Kota Sabang.

Mulai hari ini hingga tanggal 5 Desember nanti akan ada banyak event yang digelar, baik di CT-3 maupun di Sabang Fair. Salah satu event yang ditunggu warga adalah Kirab Budaya dan Pawai Kota. Event ini bakal digelar esoknya, 29 November 2017.

Academy of Management Adakan Paper Development Workshop

Academy of Mangement salah satu organisasi terbesar dan berpengaruh dalam pengembangan Ilmu Manajemen yang bermarkas di New York, AS. AoM mengingatkan ke figure-figur top seperti J Barney (Editor Academy of Management Review),  ia juga salah seorang pioneer dalam pengembangan teori Resource Based View, Richard Makadok, Tima Bansal dan bahkan Herman Aguinis yang tak lain adalah Presiden AoM. Sebagai organisasi AoM menjadi salah satu organisasi yang jadi referensi akademisi Manajemen baik dalam bidang kajian Organisasi, Strategy, Operasi, Marketing, dan Sustainability. Setiap tahunnya, even konferensi terbesar AoM Connect jadi ajang presentasi gagasan, konsep, dan teori dalam bidang Manajemen. Ajang ini juga dijadikan sebagai saran membangun koneksi dan kolaborasi diantara para peneliti di bidang Manajemen.

Baru-baru ini, Academy of Management melalui salah satu jurnalnya Academy of Management review punya hajatan penting. Mereka akan menggelar Paper Development Workshop antara bulan Februari dan Maret nanti. Berikut penjelasan singkat tentang worshop tersebut berdasarkan informasi yang disadur dari laman AoM.

Academy of Management Review salah satu top tier jurnal dalam bidang manajemen yang dikelola oleh Academy of Management (AoM) membuka kesempatan bagi dosen dan peneliti yang ingin ikut serta dalam Paper Development Workshop (PDW).

PDW ini digelar dalam rangka penerbitan Special Issue jurnal tersebut dengan mengetengahkan topic : Theorizing Time in Management and Organizations.  Kegiatan ini terbuka bagi anggota AoM maupun non-Anggota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mendaftar adalah:

  1. Peserta perlu menyiapkan abstrak tentang artikel yang akan ditulis (sesuai dengan topic) sebanyak 250 kata.
  2. Tema tulisan meliputi seluruh perspektif Manajemen dan Organisasi, tetapi tidak terbatas pada perspetif tradisional Manajemen, juga terbuka kepada perspektif kekinian dan berbeda yang terkait dengan Manajemen dan Organisasi.
  3. Tulisannya didasarkan pada orientasi teori yang masih kurang terekspos atau masih jarang diperbincangkan, fenomena Manajemen dan Organisasi yang bukan arus utama (mainstream), pengalaman atau konsen dari populasi yang terpinggirkan.
  4. Nama-nama para Editor Tamu : Tima Bansal, Donal Crilly, Karen Jansen, Ann Langley, Gerardo Okhuysen, dan Abbie Shipp.
  5. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan kesempatan bagi penulis (author) untuk mengembangkan dan memperbagus (refine) ide-ide tulisan mereka sebelum disubmit ke AMR.
  6. Keikutsertaan dalam program ini tidak menjamin artikel peserta akan diterima untuk special topic forum (STF) AMR.
  7. Batas waktu pengiriman short abstract pada 14 Januari 2022, untuk extended abstract batas waktu pengirimannya 18 Februari 2022. Kegiatan Workshop akan dibagi dalam dua bagian (part):

Bagian Pertama (Part 1): Editor special issue akan memandu kegiatan workshop ini, dan dibuka dengan kata sambutan dari Editor AMR Sherry Tatcher pada 21 Januari 2022. Sherry akan memberikan gambaran tentang STF, informasi umum tentang kebijakan penerbitan artikel di AMR. Editor Tamu untuk STF akan memberikan informasi khusus mengenai topic Theorizing Time in Management and Organizations. Editor juga akan mendiskusikan tentang latihan-latihan yang dapat meningkatkan upaya submit artikel ke AMR. Seluruh penulis yang mendaftarkan short abstract diundang untuk mengikuti kegiatan ini. Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diminta mengirimkan extended abstract dengan batas waktu 18 Februari 2022. Pengumuman peserta yang lolos untuk workshop tahap kedua akan diumumkan pada 4 Maret 2022.

Bagian Kedua (Part 2): akan diadakan pada 11 Maret 2022. Pada sesi ini para peserta akan mendsikusikan tentang projek artikel mereka dengan Editor Tamu dan peserta lainnya ala rountable discussion. Sesi ini sifatnya terbatas. Peserta akan dibatasi menjadi dua penulis untuk satu artikel yang didaftarkan (submit).

Pada prinsipnya Editor AMR sangat menghargai keragaman (diversity), inklusi dan kesetaraan dalam konteks masyarakat global.

Bagi para dosen dan peneliti dalam bidang Manajemen yang berminat dan tertarik untuk meningkatkan kemampuan dan menambah pengalaman tentang bagaimana menulis artikel teoritis dan bisa submit ke AMR, sangat direkomendasikan untuk mengikuti kegiatan ini. Informasi lebih lanjut dapat ditelusuri langsung ke situs AoM.

Pentingnya Gerakan Dasar dalam Menulis: Tips Pertama dari Graff dan Birkenstein

pembalap Moto GP Fabio Quartaro saat bermanuver di tingkungan/Marcelo Del Pozo/Reuters

Pertanyaan saya pagi ini buat saya sendiri dan juga buat teman-teman semua: Apakah pagi ini sudah menggerak-gerakkan jari-jarinya di atas keyboard atau keypad? Eitss, memang dari selepas subuh tadi sudah mulai ngebalas WA, komen di timeline Twitter, FB dan LinkedIN. Terus, kalau sudah memangnya kenap? Bagus lah! Itu pertanda baik, karena sudah punya gerakan-gerakan dasar dalam menulis.Lebih baik lagi, bagi pencinta kepenulisan akademik untuk melakukan hal yang sama.

Baru-baru ini saya tertegun pada satu analogi tentang kepenulisan akademik, yang diibaratkan seperti layaknya orang berkendaraan. Nah, bagi orang yang belum terbiasa mengendarai sepeda motor atau mobil akan terpaku melihat kelihaian orang yang memang sudah terbiasa berkendaraan. Layaknya operator alat berat yang tak kelihatan ada hambatan sedikit pun sewaktu menggerakkan atau bermanuver dengan kendaraannya.Penguasaan terhadap gerakan-gerakan dasar yang telah menyatu dengan jiwa mereka itulah yang membuat mereka tampak santai dan tenang menghadapi medan sesulit apapun.

Gambaran di atas munurut Gerald Graff dan Cathy Birkenstein (2014) dalam bukunya They Say/I Say : The moves that matter in academic writing (ket: bisa langsung didownload) berlaku juga dalam dunia kepenulisan akademik. Para penulis akademik harus menguasai gerakan-gerakan dasar itu. Mereka harus mampu menjadikannya bagian dari kebiasaan, sehingga mereka bukan sekedar menguasai substansi hasil pemikiran dan riset mereka, tetapi mampu menyuguhkan tulisan tanpa menghadapi kendala apapun ketika harus mengendarai paragraf demi paragraf serta saat harus memilih kata dan diksi yang sesuai dengan konteks. Hal itu dimungkinkan melalui proses pembelajaran dan pembiasaan dalam kepnulisan akademik.

Sampai di sini kita lalu menemukan adanya perbedaan. Kalau berkendaraan memang rutinitas harian, entah itu untuk keperluan antarjemput anak ke sekolah, ke kantor, ke pertemuan, ke Masjid atau ke manapun yang berjarak dari rumah, kita akan menggunakan kendaraan. hal ini membuat kita menjadi terbiasa dengan gerakan-gerakan yang diperlukan saat berkendaraan. Kebiasaan kita atas gerakan-gerakan ini lalu tersimpan dalam memori, yang kemudian dapat ditarik untuk digunakan kembali ketikia dibutuhkan secara otomatis.

Saya membaca ilustrasi yang diberikan Graff dan Birkensteins pada bagian pertama bukunya itu cukup kuat sekali. Keduanya memulai penulisan buku tersebut dengan kekuatan ilustrasi, yang dapat dimaknai bahwa kegiatan kepenulisan akademik juga butuh pembiasaaan, familiarasisasi terhadap gerakan-gerakan dasar yang dibutuhkian oleh pikiran dan jari jemari kita saat hendak menuliskan kata, paragraf hngga menjadi satu manuskrip yang utuh.

Alhamdulillah, tulisan ini adalah gerakan dasar saya pagi, berharap esok dan seterusnya masih bisa terus bergerak untuk menambah jam terbang. Iya, seperti Pilot penulis juga butuh jam terbang, biar gampang bermanuver saat menghadapi cuaca buruk dan turbulensi.

Lambaro, Aceh Besar

11 Feb 2021

Sudah Lama Gak Nulis

Sudah lama gak nulis lagi diblog. Padahal selama lock down dan pasca lockdown di Banda Aceh, selalu ada waktu senggang. Tetapi, tetap saja waktu untuk sekadar nulis sebanyak 500 kata gak kesampaian.

Malam ini mesti sudah agak larut, jam di laptop sudah pukul 00:53, saya coba paksakan untuk menuliskan ini. memang biasanya setelah lama gak nulis itu yang paling mudah ditumpahan adalah tulisan-tulisan curhat model begini. Tujuannya supaya biar tulisannya ngalir aja dulu. Nah, kalau sudah ngalir kayak begini kan jadi enak nulisnya. Gak merasa tertekan harus nulis yang berat-berat. Padahal selama ini meskipun gak sempat nulis yang ginian memang karena sedang nulis yang berat-berat he he he.

Okelah, kita lanjut ya, saya masih ingin curhat banyak hal. salah satunya soal projek pribadi buat nulis buku ajar. Ini sudah jadi utang bertahun, ada sedikitnya tiga buku ajar yang sampai sekarang progress terbaiknya adalah jalan di tempat alias gak diapa-apain. Untungnya, tadi sekitar jam 22, sempat nambahin referensi dan tulisan untuk bab satu buku Manajemen Strategi.

ini sebenarnya sudah jadi sinyal positif buat menumbuhkan kegairahan menulis di dalam diri saya. Saya ingin membetahkan diri untuk menulis secara terencana. Saya ingin ada objective yang harus saya selesaikan setiap harinya. Insya Allah mulai esok tanggal 9 Juli 2020, saya bertekad untuk memulai kebiasaan baru (new normal) dalam kegiatan kepenulisan yang telah lama saya tinggal. Ya, memang sudah lama kali ya sejak meninggalkan duni kewartawanan di tahun 2011 lalu, persisnya tidak ada lagi tuntutan deadline yang setiap hari menunggu untuk ditunaikan.

Terus setelah malam ini, rencananya esok mau perbaiki draft artikel yang akan disubmit ke Jurnal Management and Marketing. Tadi sudah sempat saya cek ada beberapa typo error yang masih ada di manuskrip, terus afiliasi saya juga salah, karena di situ tertulis saya berafiliasi ke salah satu sekolah tinggi ilmu kesahatan di Denpasar Bali, padahal afiliasi saya kan di STIES Banda Aceh. Gak tau juga kok bisa pihak muncul afiliasi itu, apa mungkin waktu registrasi pertama ada kesaahan input di sayanya. Bisa jadinya. Husnuzhan saja, mungkin ada kesilapan di saya. Insya Allah esok akan diperbaiki.

Sip..kalau begitu, catatan malam ini kita tutup sampai di sini aja. Curhatnya sudah komplit. Tinggal dilanjutkan dan dijadikan kelaziman aja. Biar jadi satu kebiasaan baru, nyurhat diblog selagi malam hari.

Tawaran Beasiswa S-1 dari Albukhary International University, Malaysia

Assalamu’alaikum

Selamat Pagi, saya ingin berbagi informasi menarik tentang tawaran beasiswa bagi lulusan SMA/SMK/MA yang ingin melanjutkan studi Sarjana ke perguruan tinggi. Baru-baru ini saya dapat pesan di FB messenger dari Prof Dr Rizalaffande Che Ismail, Timbalan Naib Chancellor (Wakil Rektor) Albukhary Internasional University yang mengabarkan perihal tawaran beasiswa di kampus yang berlokasi di Kota Alor Setar, Kedah, Malaysia.

“di sini ada peluang sambung belajar di Malaysia, secara fully sponsored. Boleh bantu berikan maklumat kepada keluarga dan teman,”tulis Prof Rizal dalam pesannya.

Nah, AIU saat ini sedang melakukan rekrutmen mahasiswa baru melalui jalur beasiswa. Diutamakan adalah caon mahasiswa dari keluarga kurang mampu dan miskin. Melalui program beasiswa ini, AIU memberikan dukungan finansial secara penuh ( seperti SPP, akomodasi, dan uang makan per bulan).

Berikut persyaratan beasiswa yang perlu dicermati. Untuk Program Bachelor of Business Administration (Hons), Bachelor of Business Administration (Hons) (Marketing) and Bachelor of Business Administration (Hons) (Human Resource Management) – (Business Programmes) :

1. A-Level / Diploma / Foundation / Matriculation / STPM with minimum CGPA of 2.80 or STAM with minimum Jayyid; (Disesuaikan dengan standar Indonesia Ijazah/SKHU SMA/SMK/MA)
2. Minimum Credit in Mathematics and a Pass in English at O Level / SPM; AND
3. IELTS with a minimum band score of 5.5 / TOEFL with a minimum band score of 550 / MUET with a minimum band score of 4.

Untuk Program Bachelor of Elementary Education (Hons) and Bachelor in Early Childhood Education (Hons) – (Education Programmes).

1 A-Level / Diploma / Foundation / Matriculation / STPM with minimum CGPA of 2.80 or STAM with minimum Jayyid; AND (Disesuaikan dengan standar Indonesia Ijazah/SKHU SMA/SMK/MA)
2. IELTS with a minimum band score of 5.0 / TOEFL with a minimum band score of 500 / MUET with a minimum band score of 4.

Bachelor of Media and Communication (Honours):

– A-Level / Diploma / Foundation / Matriculation / STPM with minimum CGPA of 2.80 or STAM with minimum Jayyid; AND
– Minimum Credit in English Language at O Level / SPM / GSCE; AND
– IELTS with a minimum band score of 5.5 / TOEFL with a minimum band score of 550 / MUET with a minimum band score of 4.

Bagi yang tidak memenuhi syarat IELTS/TOEFL/MUET masih punya kesempatan untuk bisa kuliah di AIU. Mereka yang terpilih (lulus berdasarkan keputusan panitia) akan diberikan Conditional Offer Letter (Surat Penawaran/Lulus Bersyarat). Calon mahasiswa yang mendapatakan conditional offer diminta untuk mengikuti Program Bahasa Inggris di Kampus AIU dan mengikuti test IELTS di akhir sesi program tersebut. Kegiatan ini dilangsungkan pada semester pertama. Calon yang sukses mendapatkan skor IELTS sesuai dengan persyaratan (Overall 5.0), maka dapat memulai perkuliahan pada semester berikutnya.

Tadi itu syarat untuk mendaftar dai program S-1 baik untuk program Ilmu Bisnis maupun Ilmu Sosial. Nah, syarat untuk mendapatkan beasiswa penting juga untuk dicatat. Berikut ini syarat yang ditetapkan panitia untuk pelamar beasiswa S-1 di AIU:

Calon berusia antara 18 – 22 tahun pada saat mendaftar. Berasal dari keluarga berpendapatan rendah, dengan pendapatan bulanan di bawah USD300 (Rp 4.130.000) dan belum menikah. Beasiswa yang diberikan meliputi bebas SPP, akomodasi/penginapan dan uang makan RM 450 (Rp 1.500.000) per bulan. Perlu juga dicatat bahwa beasiswa ini tidak menanggung komponen biaya berikut :

Visa pelajar sebesar RM 2500 (Rp 8.250.000), dibayarkan untuk pertama kali, diperpanjang setiap satu tahun dengan biaya di bawah Rm 1000 (Rp 3.300.000) sudah termasuk asuransi. Kemudian biaya pendaftaran sebesar RM 750 (Rp 2.500.000), dan personal bond RM 1200 (4.000.000). biaya ini dapat diklaim kembali pada saat mahasiswa menamatkan perkuliahan.

Informasi selengkapnya tentang Albukhry International University dan bagaimana mendaftar pada Program S-1 dan beasiswa yang ditawarkan dapat diakses melalui situs aiu.edu.my.

Menulis Literatur Review

Bagian 1

Pentingnya Mencari Literatur yang Tepat

Penulisan literatur review sering kali menjadi problem bagi kalangan mahasiswa dalam menulis skripsi, bahkan sebagian dosen juga mengalami hal yang sama jika tidak terbiasa dengan kegiata mereview artikel. Terutama dalam menentukan seberapa banya paper yang harus direview dan bagaimana memulai mereview artikel.

Pada tulisan saya merujuk pada beberapa author yang memiliki penguasaan yang mumpuni dalam hal penulisan literatur review. Kenapa mereka saya pilih, karena sumber yang saya miliki saat ya mereka ini. Pertama, Dr Raul Pacheco dari CIDE Mexico, kedua Theun Kotze dari Pretoria University Afrika Selatan dan yang ketiga Daril J Bem dari dari Cornell University, the US.

Mengenai berapa jumlah paper yang harus direview, menurut Raul, tidak ada satu batasan yang spesifik. Dia bahkan memberikan satu gambaran yang baru kali ini saya dengar, bahwa kalau kita mengutip dari lima sumber artikel yang benar, kita berkemungkinan mengkover semua sumber dalam bidang tersebut. Akan tetapi, kalau kita mengutip dari 40 artikel berbeda fokus dan arah pembahasannya, itu tidak tidak akan mampu mengkover seluruh sumber yang ada.

Raul juga mengemukakan bahwa kalau kita ingin memulai satu topik yang baru maka sumber literatur yang tepat untuk kita cari adalah artikel “systematic review”. Nah, saran yang satu ini mengkonfirmasi apa yang yang sebelumnya pernah saya dengar dari supervisor saya waktu short course di AUT University, Selandia Baru. Beliau adalah Prof Madya Dr Peter B Kim. Menurut Dr Kim, kenapa artikel sistematik ini layak dijadikan rujukan, karena sang authornya sudah melakukan pembacaan yang ekstensi dan intensif terhadap isu dalam satu bidang yang dituliskannya. Dr Kim kemudian menunjukkan salah satu artikelnya yang berjudul: Review of reviews : A systematic analysis of review paper in the field of hospitality and tourism literature.

Tips yang biasa saya gunakan untuk mencari paper sistematik review ini adalah dengan cara mengetik : ” systematic review in tourism destination competitiveness” misalnya. Boleh juga mengetik ” a review paper in (disesuaikan dengan bidang kajian yang diminati)”

Kemudian, Raul juga menyarankan pentingnya untuk melakukan citation tracing. Yaitu dengan cara mengutip penulis dengan sitasi yang sama dengan bidang yang kita kaji, Kemudian kita melacak satu per satu, paper mana saja yang telah mencatat paper tersebut. Ini juga perlu dilakukan untuk mencari tahun apakh topik yang kita tulis masih terdapat ruang atau niche research area, atau memang tidak ada lagi ruang, yang berarti topik penelitian tentang isu tersebut sudah tidak relevan dan tidak menarik lagi untuk diteliti.